Perjalanan Pulang Dengan Pak Ojek

April 17, 2015

 

Hi, there. Ho was your day? Hope you always be good. Disini aku mau cerita tentang perjalanan dan obrolan singkat dengan pak Ojek. Kereta Tawangalun, kereta tujuan Malang-Banyuwangi dan sebaliknya, menurunkan penumpangnya di Stasiun Kalisetail sekitar pukul sepuluh lebih malam hari. Berhubung sudah malam hari, rasanya sungkan dan enggan meminta tolong Bude untuk menjemput di stasiun. Terlebih, perjalanan dari rumah ke stasiun cukup jauh. Semenjak mama tidak lagi menjemput di stasiun, perjalanan pulang ke rumah selalu ditemani pak ojek stasiun.


Meskipun belum langganan, sudah dua kali ngojek dengan orang yang sama. Perjalanan dari stasiun ke rumah sekitar 20 menit. Karena pak ojek sudah sepuh, dia banyak sekali cerita dan mengajak ngobrol meski sekedar menghapus keheningan. Pak Hadi namanya. Beliau basa basi menanyakan dimana aku kuliah, jurusan apa, dan bahkan menanyakan keluargaku. Aku tidak cerita banyak, mengulas informasi sederhana ke orang asing bukan seleraku. Jadi, aku putar balik. Aku bertanya tentang keluarganya. Beliau cerita dari silsilah keluarga hingga konflik batin antara beliau dengan anak-anaknya. Mendengarkan cuplikas singkat kisah kakek tua berusia 60 tahunan, tidak terlalu membosankan.

Pak Hadi bercerita kalau dia punya anak tiga. Dua cowok, yang terakhir cewek. Sunaryo, Suyono, dan Ratih namanya. Mereka bertiga sudah berkeluarga. Sunaryo, anak pertama, tinggal di Kalimantan semenjak menikah. Pak Hadi sudah tidak bertemu dengannya sejak tahun 2006, karena biaya transportasi yang mahal. Anak yang kedua tinggal di rumah lain. Sedangkan anak yang terakhir tinggal serumah dengan beliau. Alasannya, dia tidak ingin rumahnya sepi.
Kebetulan Pak Hadi memiliki warung di sebelah stasiun yang ditemani istrinya untuk menjaga. Beliau bilang, sudah lama dia mengojek. Bahkan sepedanya ini adalah warisan anaknya dari Kalimantan. Meski sudah bobrok, beliau enggan menjualnya. Motor bobrok itu begitu berharga menurutnya.
Di sisa menit terakhir sebelum berhenti di depan gerbang rumah, beliau bercerita bahwa dirinya ingin sekali menemui cucu dan anaknya di Kalimantan. Jarak yang jauh dan transportasi yang mahal menghalanginya. Sebagai penumpang, tidak ada yang bisa saya lakukan selain tersenyum iba.

Untuk kedua kalinya, ketika pulang dari Malang, saya ditemani Pak Hadi lagi. Lucunya, beliau menceritakan hal yang sama seperti terakhir kali. Yah, maklum saja, faktor usia dan banyaknya pelanggan membuat ingatannya kabur. Aku sih diem aja, sedangkan beliau berkicau tentang silsilah keluarganya, menyebut nama anaknya, dan jumlah cucunya. Sebelum dia melanjutkan keinginannya untuk pergi ke Kalimantan, aku mulai nyeletuk, "Pak, Pak Hadi, anak bapak yang pertama di Kalimantan 'kan? Bapak pengen banget ketemua dia ya?"
"Loh, Mbak, kok tau?"
"Bapak dulu pernah cerita ke saya."
Beliau tergelak. "Wah, maaf, Mbak. Saya lupa sama mbak. Nama pelanggan saya saja saya sudah lupa, cuma ingat alamatnya saja."
Aku membalasnya dengan "Hehe"

Begitulah. Sepenggal cerita perjalanan dengan Pak Ojek. Untuk seusia Pak Hadi, tidak masalah menceritakan secuil kisahnya kepada orang lain. Tapi untuk seusiamu, akan lebih indah dan baik jika cerita itu kamu simpan sendiri dalam catatanmu. Atau, ceritakan saja kesini. It would be nice to hear your story.
Itu aja sih, ini cerita singkatku dengan Pak Ojek, mana punyamu?

You Might Also Like

1 comments

Subscribe