Sudah pasti gak asing lagi 'kan sama buku yang didesain visual dominan warna pink, biru, dan putih ini bagi penikmat buku ataupun tidak. Bagi jomblo, jiwa php, dan pelaku pacaran. Karena buku ini dapat rekomendasi dari semua kalangan. Bahkan buku karangan Ustad Felix Siaw yang dieksploitasi dari tweet-tweetnya yang mempesona ini mengundang respon positif bagi semua kaum, khususnya remaja.
Kenapa bisa begitu? Karena di buku ini beliau berdakwah tentang rona fakta kehidupan darah muda yang apa adanya, dengan mendefinisikan satu-persatu sisi negatif pacaran. Yang pasti, dijelaskan dengan sejelas-jelasnya di buku bercover pink ini, bahwa pacaran itu DILARANG secara Islam.
Oke, jadi 2 hari yang lalu ada temen yang nganterin 2 buku di pagi hari; salah satunya "Udah Putusin Aja!" dan "Aku, Kau, dan KUA". Berhubung disuruh urut bacanya, jadi saya memulai membaca buku dari Ustad Felix dulu.
Awal baca, buku ini menjelaskan kalau buku ini memang direkomendasikan untuk pelaku pacaran, disertai alasan-alasan yang bersangkutan. Baiklah, saya tidak akan memaparkan apa saja yang ada di buku ini. Hanya saja, saya sekedar berpendapat apa yang saya dapat usai membaca buku ini.
Halaman demi halaman saya buka, bahasa yang mudah dipahami dan langsung masuk ke hati, dan warna-warni dakwah tentang hubungan pria-wanita yang tak lepas dari ajaran Islam. Belum lagi baru beberapa hari yang lalu saya merubah status lajang menjadi berpacaran, lalu sekarang membaca buku ini. Bagaimana perasaan saya?
Bukan pacaran namanya jika tidak berpegangan, berciuman, meraba-raba, atau segala perbuatan lain yang meninggalkan syahwat.
Dalam pandangan Islam, pacaran adalah bagian dari aktivitas maksiat. -UdahPutusinAja-
Sebagai pelaku pacaran, saya merasakan banyak cambukan yang berupa sindiran-sindiran pedas berdasarkan kenyataan--fakta yang sudah didapat melalui penelitian. Menurut buku, definisi pacar lebih condong ke maksiat, sangaaaaat condong (jelas sekali penjelasannya). Di buku juga menampik segala macam opini seperti "Pacaran 'kan biar semangat belajar?" BULLSHIT. "Pacaran cuma telfonan kok?" Ya, semua berawal dari `cuma`untuk kemaksiatan. "Kita gak ngapa-ngapain kok, kita LDR-an." Mau beda alam pun tetap HARAM!
Dan begitu saya membaca "Perlu dipahami Muslimah, lelaki sejati tidak pernah mengajak pacaran.", saya jadi khawatir kalau mantan, gebetan yang pernah nembak, dan bahkan pacar-saya-sekarang adalah lelaki jadi-jadian -___-
Memang, pacaran itu jalan menuju kemaksiatan. Tapi? Tapi bagaimana dengan fiksi dan nonfiksi dari sebuah novel, film, atau bahkan poster yang dibuat tanpa adanya based on atau tepatnya inspirasi? Saya yakin dari semua itu ada tujuan lain selain meraup keuntungan di era kapitalis sekarang ini. Bagaimana dengan lagu dari berbagai macam nuansa yang mengantarkan kita ke ruang yang berbeda-ruang, yang sering kita jamahi tiap malam; mendambakannya, menginginkannya, dan bertahan pada sebuah komitmen demi dia.
Oke, pernyataan saya bisa jadi tidak mendasar atau bahkan ngawur. Tapi saya memandang dari berbagai segi; saya, dia, perasaan, pikiran, dan Islam. Pikiran saya sejalan dengan buku yang baru saya baca, UDAH PUTUSIN AJA!
Sedangkan perasaan, tentu tidak berjalan logis dan tidak bisa dijelaskan :p Karena saya wanita, dan saya menjadi diri sendiri...*angkat bahu*
Jadi, buku ini bermanfaat gak? Oh, jelas. Sangat bermanfaat. Banyak aturan-aturan yang diambil berdasarkan ajaran Islam, sebagai Muslimah saya wajib untuk peduli. Tapi? Tapi lagi, saya tidak ingin menjatuhkan harapan-harapan yang saya terbangkan sendiri. Karena saya juga bukan manusia yang sempurna, maka komitmen yang saya yakini pun juga bisa berubah-ubah yang gak mungkin disebabkan tanpa adanya faktor. Komitmen yang saya pegang dan tidak pernah berubah, just be my self.