Tak masalah. Toh ini misi mengejar jawaban. Jawaban atas apa Lid? Jawaban yang menentukan rencana apa yang akan kubuat di usia 20an ini. Gak kerasa ya, kok 2018 udah mau berakhir aja. Terakhir kujalani misi ini awal tahun 2018, masa dimana aku resign dari pekerjaanku dan sama sekali belum ada rencana. Ya, aku terbiasa resign tanpa menentukan kapal baru yang akan kutumpangi.
Awal tahun, aku terkena syndrom fresh graduate. Agak angkuh, percaya bahwa punya kapasitas yang mumpuni, jadinya ya selow aja apply sana sini---yakin akan diterima. Kenyataannya? Yak, betul, tak sesuai ekspektasi. Ternyata apalah aku hanyalah fresh graduate yang masih perlu banyak belajar.
Bicara soal gagal, jangan ditanya lagi. Kalo ditotal, aku ditolak lebih dari 20 perusahaan dalam tahap interview hingga akhir. Seminggu bisa 2x ke Jakarta naik kereta ekonomi PP, bisa bayangkan berapa waktu dan duit yang dikeluarkan? Hanya karena idealis: millenials yang sukses adalah mereka yang bekerja di kapital.
Lalu jawaban itu kudapat di Malang. Jujur udah penat sebanget-bangetnya sama kota yang tak lagi dingin ini. Ternyata aku udah lima tahun di sini, mencari jati diri, edukasi, hingga karir. Aku pernah menulis tentang ketika bahagia itu sudah diatur, kurasa tak ada salahnya kamu berkungjung ke tulisan itu.
Bicara soal usia 20an, boleh aku mengambil istilah millenials? mil·len·nial, a person reaching young adulthood in the early 21st century. Sebelumnya aku sempat idealis, bahwa milleanials yang sukses kuanggap adalah mereka yang bekerja di ibu kota. Seiring waktu, aku mulai punya misi sendiri. Bagaimana aku merubah konsep bahwa milenials yang sukses tak hanya di ibu kota, lokal pun juga bisa. Walaupun ya hipotesis ini bisa ditentang, tak ada salahnya membutkikan kan?
Entah ini penting atau tidak, aku punya rencana sederhana untuk karirku. Di tahun pertama setelah fresh graduate, aku ingin bisa naik ke tahap associate atau gampangnya jadi manager. Di tahun kedua, aku mengejar angka gimana caranya income-ku per bulan bisa dua digit juta rupiah. "Ngaco lid! Mana bisa?" "Jangan ngimpi Lid!"
Batinku cuma jawab, 'Bisa kok Lid, bisa. Pelan-pelan yuk, kita jalani bareng." Logika dan batinku berkompromi; kita harus optimis. Rasanya lucu pengen ketawa, tau gak sih, ketika aku nulis gini keuanganku sangat tidak stabil alias dapetin dua digit rasanya omong kosong. Manusia boleh berencana, Tuhan merestui. Aku yakin itu. Tak ada salahnya aku berencana.
Lalu, menjawab pertanyaan di atas, kemana kah kamu akan melangkah di usia 20an? Sebenarnya pertanyaan itu untuk diriku sendiri, yang sampai sekarang masih mencari tahu jawabannya. Aku percaya, selagi muda masih banyak kok hal yang bisa kita kerjakan. Ketika suatu tempat tidak memberikanmu fasilitas untuk berkembang jauh lagi, kurasa tak ada salahnya pindah ke tempat yang lebih menantang.
Resep yang kupegang sejak kuliah adalah akselerasi. Akselerasi karir melalui pengembangan diri, ibarat sekali gayung dua tiga pulau terlampaui. Buatlah dirimu pintar, kaya akan pengalaman, ditempa banyak hal, yang tentu mengajarimu untuk bangkit ketika jatuh di usia muda. Aku tak asing hidup dengan 500 ribu per bulan atau pergelangan tanganku yang belang karena kemana-mana naik motor untuk bekerja.
Aku wanita normal, punya harapan bisa beli series make up SK II atau rambut badai dan tampil elegan. Tapi kunikmati saja masaku sekarang. Selama logikaku berjalan, kurasa aku tak akan menjadi gelandangan. Itu dulu ceritaku yang masih belum menjawab. Jadi, di usiamu 20an, apa rencanamu?