Kalau anak kecil bilang "Aku cinta kamu" itu artinya "Kamu harus jadi pelindungku. Aku gak bisa tanpamu." Persis seperti cinta mereka kepada orang tua. Bagi anak kecil, ketika dia mencintai orang, dia menganggap orang itu sebagai pelindungnya dan tak bisa hidup tanpa mereka. Kalau orang dewasa gimana?
Kalau orang dewasa bilang "Aku cinta kamu" itu artinya "Kamu mau gak jadi pasanganku? Kita sama-sama berjuang dan mendukung satu sama lain". Bagi orang dewasa, cinta kepada lawan jenis itu merupakan kebutuhan emosional. Gak mungkin orang cuma mempeng aja gak ada perasaan ke siapa-siapa. Pastinya ada, walaupun itu cuma sedikit atau cuma ada di pikiran (belum turun ke hati).
Ketika orang menyandang predikat dewasa, pasti sikap "mature" secara otomatis nempel di kepribadian mereka. Karena mereka sudah mature, tentu yang namanya jatuh cinta dan bagaimana menghadapinya bukan hal sepele. Beda dengan masa remaja saat di SMP atau SMA. Kamu suka dia, dia suka kamu, oke, tembak dan jadian. Kamu suka dia, kamu tembak dia, ternyata dia gak suka sama kamu, oke gak apa-apa. Perkara selesai. Semudah itu, hari ini bersedih hati besoknya udah jatuh cinta sama orang lain. Itu...saat masa-masa remaja. Kalau orang dewasa gimana?
Well, gak semudah itu. Mereka udah kenal betul dengan yang namanya "gengsi". Gengsi adalah barometer mereka dalam proses pendekatan. Itulah kenapa, di masa pedekate-nya orang dewasa, banyak orang jadi misterius. Kita gak bisa menebak apa yang ada di pikiran mereka dan apa sih mau mereka. Karena mereka saling gengsi untuk mengungkapkan perasaan mereka sesungguhnya.
Belum lagi, orang dewasa itu over thinking. Misalnya apa yang harus dikatakan saat bertemu dengannya nanti. Ada scene 1, scene 2, scene 3, dst di pikiran mereka. Scene 1: Nanti kalo aku ketemu dia, aku mau pura-pura gak liat biar dia nyapa aku dulu. Scene 2: Kalau aku ketemu dia, aku pura-pura aja ngobrol sama temen. Scene 3: Kalo aku ketemu dia, aku bakal nyapa duluan dari belakang. Dst...
Sampai pada akhirnya, gak ada satu pun scene yang ada di pikiran sesuai dengan kenyataan yang terjadi.
Saat remaja ditanyain lawan jenisnya "Lagi ngapain kamu?", "Mimpi indah ya", "Jangan lupa makan", adalah hal yang biasa. Karena mereka bisa terima aja teman lawan jenis sebagai sahabat.
Saat orang dewasa ditanyain lawan jenis dengan pertanyaan yang sama, pasti langsung baper. Eh, kenapa dia tiba-tiba nanya gini? Jangan-jangan dia...
Eaak. Udah mulai gimana gitu. Cuma ditanyain atau diucapin gitu aja udah muter-muter peluk guling dan berbunga-bunga seolah hanya Tuhan yang tahu se-excited apa rasanya diperhatikan lawan jenis.
Rumitnya orang dewasa jatuh cinta bukan cuma sampai situ aja. Tapi ketika mereka mulai saling menyukai. Prosesnya lama sekali. Karena mereka, baik wanita maupun pria, masih belum yakin barter perasaan. Takut disakiti, takut dimainin, takut jadi drama, dll. Untuk mendapatkan keyakinan mau menjalani hubungan baru itu tidak mudah. Bagaimana cara mendapatkan keyakinan itu?
Kalau kamu termasuk orang dewasa, kamu harus yakin dengan dirimu sendiri sebelum meyakinkan orang lain. Do you like her/him the way him/her liked you?
Kalau memang belum yakin, sudah, kasian hati orang jangan ditarik ulur. Lepasin aja ya.
Kalau memang udah yakin, tapi masih bertanya-tanya. Kenapa dia gak bales sms? Jangan-jangan dia udah gak suka lagi? Dia kenapa? Kenapa udah gak chat duluan lagi? Kemana dia?
Duh, udah dewasa 'kan?
Coba kurang-kurangin kekhawatiran itu. Orang dewasa itu punya banyak kebutuhan. Menjalani sebuah hubungan bagi mereka adalah kebutuhan emosional. Jangan lupa kalau mereka juga punya kebutuhan lain selain emosional. Jadi, intinya, jangan terlalu insecure kenapa dia gak bales sms atau menghilang sejenak. Be positive; mereka lagi sibuk memikirkan karir mereka.