[UPDATE] Ini curhatan pas dulu punya pacar. Sayang banget kalo dihapus, buat kenang-kenangan aja haha. Enjoy!
Siapa yang tidak kenal dengan plester penutup luka ini? Bahkan namanya sudah jadi prototype bagi semua orang. Sebut saja handsaplast. Ada temen yang mendiskripsikan handsaplast adalah benda yang kecil, sederhana, terlihat tidak penting, bahkan kadang terlupakan. Tapi akan sangat berguna ketika kita terluka.
Sama seperti teman. Kadang kita tidak terlalu memperhatikan teman bahkan mengabaikannya ketika kita terlalu bahagia dengan dunia kita sendiri. Tapi ketika kita jatuh, secara tidak sengaja kita sangat-sangat membutuhkan keberadaannya untuk menutupi dan membantu menyembuhkan luka kita.
Begitu pun jika kamu berada di posisi menjadi handsaplast. Kamu tidak diperhatikan, tidak dipedulikan, dan diabaikan. Tapi ketika dia membutuhkanmu, kamu pasti langsung datang tanpa dia perlu memohon-mohon padamu. Di lain cerita, kamu akan benar-benar merasa menjadi handsaplast untuk orang yang benar-benar kamu sayang walaupun dia tidak mengindahkan perasaanmu padanya.
Jika memang ada orang yang rela menjadi handsaplast untuk orang yang disayanginya, saya ancungi jempol. Sama halnya dengan lilin, rela menerangi ditengah kegelapan walaupun dirinya akan meleleh dan habis. Menjadi handsaplast, rela datang saat dibutuhkan walaupun dirinya jarang diperhatikan dan sering diabaikan.
Nuansa dan aroma usia belasan tahun semerbak menyebar ke arah yang tidak bisa dengan pasti ditentukan kemana akan singgah dan bergerak. Lika-liku pergejolakan antara tujuan hati dan pikiran yang kadang tak bisa disatukan dan disimpulkan. Kecewa, putus asa, dan kemudian bangkit lagi. Itulah siklus insan belasan tahun, proses menuju kekedewasaan yang sebenarnya tidak ada tolak ukur yang tepat untuk menyatakan ia berhasil dewasa atau tidak.
Sumber Gambar : http://kangdenie.files.wordpress.com |