Pematik Apik Ketika Sedang Tersesat
April 06, 2015 |
| Sumber: softpedia-static.com |
Hi, there. How was your day? Salah satu hal paling menyebalkan dalam hidup adalah terjebak di suasana yang penat dan membosankan. Rasanya seperti stuck di suatu tempat daerah terasing, hilang arah, dan tidak lagi visioner. Sialnya, saya mengalaminya berulang kali.
As people know, most likely, hidup merantau itu tantangan dan godaannya berat. Sekali dapat masalah, rasanya gak ada pilihan lain selain putar balik dan putus asa. Bahkan ketika tersandung batu atau nabrak tembok, rasanya pengen nuntut minta maaf dari mereka. "Dasar tembok bodoh!"
Tugas kuliah numpuk, revisi tugas yang gak berujung, dibikin kesel sama temen, ngutangin temen tapi belum dibalikin--sungkan nagih, dan kiriman jatah sering telat. Problem semacam itulah yang kadang bikin geregetan susahnya hidup jauh dari orang tua. Rasanya pengen nikah aja. Ujung-ujungnya lari ke situ. Masalahnya lagi, emang udah ada calonnya?
Tapi, saya tidak. Ketika saya tersesat, penat, dan bosan. Pematik api saya adalah suara mama dan celotehan kedua adik saya, Nova dan Farel. Meskipun telfon ke luar negri itu mahal, meski harus bayar satu menitnya seribu, saya tetap menelfon mama sekedar mendengar suaranya. Suara mama tidak ada harganya, priceless and worthy. "Halo mama cantik, lagi ngapain? Sudah makan? Capek kerja? Semangat ya!"
"Ya, Lid. Mama capek baru pulang kerja. Mama sudah makan, kamu? Kamu baik-baik ya disana, kuliah yang rajin, biar cepet lulus nilai kumlot. Dudukkan mama di bangku terdepan."
Atau.
"Halo Farel!!!! Ngapain? Cudah maem? Maem cama apah?"
"Maem cama iwak. Cudaaah."
"Novaaa!! Gimana sekolahmu?"
"Diego sekarang jadi dua mbak di GGS!"
Sederhana. Cukup mendengarkan dan tahu mereka baik-baik saja. Cukup mendengarkan mama mengharapkan sesuatu yang baik untuk anaknya. Itu cukup membuat saya bangkit lagi dan menginjak pedal untuk melanjutkan perjalanan. Mereka adalah bahan bakar hidup saya.
Ini sekilas cerita sumber bahan bakar hidupku, and how about you?
0 comments