Kebahagiaan saat selebrasi seminar proposal 5 Juni 2017 |
There's a lot of things I want to share. Sampai bingung mau ngurutin ceritanya darimana. First of all, what makes me happy, finally my home is alive again. Udah tiga tahun lebih rumah itu kosong dan gak berpenghuni, even I miss my room. Tiga tahun mama bekerja di luar negeri as house keeping demi bayarin UKT-nya Lidya, and this year she's home. She's home!
Sebelum dia pulang ke Indonesia, dia selalu nitip pesan gini. "Pokoknya mama mau pulang kalau kamu mau wisuda. Take me home ya, Lid."
It's gonna be a long...long...story. Waktu itu posisiku lagi magang di Beon, aku ngelewatin periode sidang komprehensif skripsi dua periode. Sisa waktuku tinggal dua periode lagi. Sebelum memutuskan untuk magang disana, beliau memang sempet bertanya, "Ngapain sih magang lagi? Gimana skripsinya? Mau lulus kapan?" and I only said, "I will responsible for everything I took. So, just believe me." Bahkan aku bikin dealing antara aku dan beliau, "Ma, daripada nanyain gimana skripsinya atau progresnya. Gimana kalau mama ganti dengan 'semangat ya lidya skripsinya'?" And she agreed.
By the time, aku semakin merasa bersalah skripsiku gak progres. Dan kebetulan mama mengambil keputusan, "Lid, mama mau pulang. Udah kangen ketemu adik-adik di rumah. Kamu janji wisuda tahun ini ya."
It was like, gimana ya...mmm...aduh bingung jelasin rasanya. I feel blessed, I feel thankful to my greatest Allah. Thanks for bring my mom back. Akhirnya setelah lebaran dua taun gak full team, lebaran tahun ini bisa full team. Ada mama, farel, nova, dan lidya. We're amazing team, right?
Kembali ngomongin skripsi, di periode tiga aku berjuang sampai bisa seminar proposal. Dan sampai di periode empat ini, ngebut banget pengen ujian komprehensif. Tapi namanya hidup, badai itu pasti datang dan akan berlalu. Pas lagi semangatnya ngejar ujian komprehensif periode empat, dapet berita kalau mahasiswa yang ikut di periode itu tetep bayar UKT di semester sembilan. Pas dapet info itu, langsung lemes. It's about me, I feel like a big failure. Bukan cuma itu, dosen pembimbing minggu ini akan cuti hamil. Oh my...
Kamu tau? Setiap ketemu keluarga maupun tetangga waktu lebaran, mereka pertanyaannya sama: Semester berapa? Kapan wisuda?
Dari semua pertanyaan itu, aku jawab dengan optimis. "Tahun ini lulus, tahun ini wisuda kok." Jadi, ketika dihubungkan dengan semester sembilan, wah, rasanya kayak...gagal aja gitu. Ya, gagal.
Ingat, badai itu datang dan pasti berlalu. Pas ditengah-tengah putus asa, disitu aku cuma berdoa. Ya Allah, I know you will give the best for me. You know the best for me. Please, let me do the best for everything you gave to me.
Pas lagi duduk-duduk di rektorat lantai dua untuk ujian IC3, tiba-tiba ada misscall LINE dari dosen. Disitu awal dari semua hasil doa dan usaha selama ini. Doa mama dan doaku terjawab.
Jadi skenario terbaik tahun ini, berhubung dosen tanggal 24 Juli itu hari terakhir cuti, beliau mengagendakan ujian komprehensif lebih dulu. Namanya Bu Azizun, beliau bahkan bantu nelfonin sekertaris jurusan untuk menentukan siapa dosen pengujinya. Epicnya lagi nih, jadwal ujian dan siapa saja dosen pengujinya itu dikabarin hari Minggu dan komprenya hari Senin besoknya. Amazing...rasanya pengen tepuk tangan deh.
Pas hari Senin (24 Juli), aku berangkat ke kampus jam 07.30 dan ujiannya jam 11.00. Itu dalam keadaan: belum dapat ruangan (jadi harus cek ke perlengkapan) dan ngurus berkas persyaratan ujian supaya berita acaranya terbit. Bahkan bapak perlengkapan bilang, "Kebetulan ada yang kosong mbak. Beruntung sampean. Biasannya H-3 aja udah full booking,"
Darisitu rasanya pengen sujud. Secara konsep, jadwal sidangku ini prematur. Aslinya jadwal ujian itu mulai tanggal 31Juli sampai 11 Agustus. But...skenario Tuhan memang jauh lebih indah dari apapun. Oh ya, perihal ujian komprehensif ini, I did not tell anyone. There's some reason I can't tell. So nobody come to my day. Aku kabarin orang terdekatku H-30 menit, meminta mereka untuk doakan supaya lancar, minta bacakan Al-fatihah. Beberapa mau dateng dan aku bilang gak perlu. Minta doanya aja biar lancar.
Kalian tau, berada di ruang ujian sidang mulai jam 9-11 siang... Hening dan tik tok tik tok. Disitu aku ngerasa lebih tenang. Waktuku banyak untuk bisa nyiapin mental saat sidang nanti. Ah, you can do it, Lid. Take a deep breath, Bismillah, let's do this. Udah kayak ala ala meditasi di ruang sidang.
Finally, without a flower and chocolate, I made it. Kata-kata Bu Azizun masih terngiang saat di ruang sidang sambil baca berita acaranya, "Lidya Charolina dengan NIM 135120201111072, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya, dinyatakan lulus..."
Aduh, tenggorokan sampai kering dengernya. Terharu. That was the moment which I will remember in my life.
And the most sweetest scenario, today is my birthday! Tepat tanggal 25 Juli, I made my own birthday's gift. Ibaratnya kayak kemarin pas ujian sidang tuh bungkus kado buat diri sendiri. Everything I got it wasn't by me, I got support from my closest friend and my family. Semua temen-temen, partner kerja, dan keluarga. They're all make me made for it. So, how about you? What's you best punchline this year?
Catatan dariku, Tuhan itu selalu memberikan apa yang kamu butuhkan. Tapi Dia gak pernah melarang hamba-Nya untuk melakukan apa yang diinginkan. Beruntung itu ketika kesempatan bertemu dengan kesiapan. I would be not this lucky if I'm not prepare for it. Even I know I will failed for somehow, I've been well-prepared for it. And, no matter what happen, please make it happen for a reason. So, promise me that you will never ever lose your hope. Make it happen, it's nor hard as you think. Just, fckng, do-it.
Sincerely,
Lidya Charolina, S.I.Kom