Terbang Melawan Angin
August 20, 2013Sumber: blog.beliefnet.com |
Melihat teman-teman seperjuangan sudah melangkah duluan ke tempat tujuan dimana mereka meletakkan harapan dan impian disana, jadi sedikit merasa minder. Apalagi mereka merantau di kota-kota yang lebih besar, jauh dari orang tua, dan terlebih jauh dari orang-yang-dikenalnya. Yang membuat saya terpesona, mereka pastinya punya perjuangan survive dan dream yang lebih tinggi dari saya.
Sedangkan saya hanya perlu 7 jam untuk sampai ke tempat tujuan lewat jalur darat. Bukan hanya itu, disana juga sangat banyak teman-teman yang saya kenal, tidak terlalu terkesan baru bagi saya. Well, salah saya sendiir dulu, kenapa punya pikiran dangkal untuk tidak melanjutkan pendidikan di tempat yang baru, orang baru, dan kehidupan yang baru pula. Sama sekali tidak punya pikiran luas, harapan yang tinggi, dan perjuangan yang besar. Well, saya rasa, ini hasilnya.
Tapi di lain sisi, hal itu sama sekali tidak mematahkan semangat saya. Mengingat biaya kuliah yang tidak murah, menjadi motivasi yang mendarah daging sejak saya menginjakkan kaki di kota perantauan.
Ini masih awal. Kelaparan, barang-barang impian yang tidak bisa dibeli, dan terbelit berbagai masalah; hal-hal semacam itu siap menunggu saya di ambang pintu sana. Siap menantikan jurus apa saja yang saya punya untuk mengatasinya. Doakan, semoga saya bisa melewatinya.
Selamat jalan teman-teman yang sudah atau akan tiba di perantauan. Berenanglah melawan ombak, panjatlah tebing sampai puncak, dan terbanglah ke langit tiada batas.
Semoga 5 atau 10 tahun lagi, kita bertemu di tempat yang sama saat pertama kali bertemu, menunjukkan milyaran impian kita yang terwujud. Good luck ya, teman-teman. Jalanan masih penuh dan tertutupi tirai. And now its time to go on, be brave, be urself and fuck up everything you go with it. Good luck, my friends....
0 comments