Lifestyle yang Perlu Diatur

March 22, 2014



Satu semester setengah, menjadi mahasiswa sudah mengubah pola pikir dari remaja SMA yang gak tau apa-apa jadi anak kuliahan yang tahu apa-apa. Perubahan cara berpikir yang lebih luas, berbeda dengan cara yang pernah dipakai saat duduk di bangku SMA. Kebutuhan juga semakin bertambah, dan mengatur kebutuhan dengan kemampuan itu bukan usaha yang mudah.

Sejak masuk kuliah, yang pertama kali aku rasain adalah minder. Kenapa harus minder? Gimana gak minder, bertemu dengan putra-putri bangsa dari Sabang-Merauke yang berkumpul menjadi satu menempuh pendidikan yang sama. Tentu, beradaptasi dengan mereka juga bukan usaha yang mudah, apalagi mengikuti gaya hidup mereka.
Bagaimana anak dari kampung Genteng bergaul dengan anak Jakarta, Kalimantan, dan Kota Metropolitan lainnya. Menghabiskan tiga belas tahun di Genteng, merasa asing dengan gaya hidup nongkrong di kafe-kafe dan nonton di bioskop. Aktivitas di rumah stagnant, meskipun begitu saya merasa nyaman dan tidak ada ruginya tidak mengenal lifestyle hedonisme. Tapi sejak disini, perlahan semuanya berubah. Bergabung dengan teman-teman yang hobi nongkrong, menyamakan diri untuk fashion yang tentu berkorban materi, dan menghabiskan waktu untuk bersenang-senang. Ada dua pilihan yang sama-sama punya konsekuensi.

  1.  Kamu ikut mereka, kamu punya teman dan peluang mendapat bantuan, tidak merasa sendirian, dan have fun.
  2.  Kamu gak ikut mereka, kamu akan ketinggalan topik yang mereka bicarakan dan terkucilkan dengan sendirinya karena gak pernah gabung sama mereka. Intinya, kamu hidup menyendiri.
Awalnya saya mengambil pilihan nomor satu, dan hasilnya uang saku saya mengalami defisit. Saat memilih nomor dua, benar juga, saat di kelas teman yang saya punya terbatas dan gak ikut campur urusan pribadi mereka yang selalu mereka rundingkan bersama teman yang lain.

Untuk itu, saya memilih jalur tengah. Mengatur waktu dan keungan, memilah mana yang bermanfaat dan tidak, meski itu harus merenggut uang saku sekalipun.Walaupun memang ini masanya ngabisin duit orang tua, tapi kalau dihabisin dengan hasil yang gak bermanfaat buat apa tetep dilanjutin? Untuk itu bagi saya, berbuat disiplin kalau tidak dimulai dari sekarang kapan lagi? Mau nunggu sampai uang habis dan dijerat penyesalan yang gak ada gunanya? Masa iya bayar UKT mahal-mahal, dikasih amanah dari orang tua di rumah, disini dengan cuma-cuma dihabisin untuk mengikuti lifestyle yang gak bermutu. Sayang banget,'kan.

Mulai sekarang saya belajar mengatur keuangan yang usahanya kebanyakan hanya wacana dan mengatur waktu; membedakan waktu belajar serius ngerjain tugas kuliah dengan baca novel berat atau nonton film. Ya, tapi dari semua itu, jangan jadi manusia robot. Maksudnya, jangan terlalu disiplin padahal hidup ini 'kan untuk dinikmati bukan untuk dikeluhkan. Jadilah diri sendiri dan bertanggung jawab atas semua pilihan yang membawa konsekuensi yang berdampak baik atau buruk dalam hidupmu. Seperti kata Ge, This is my life. The purpose of my existence.

You Might Also Like

0 comments

Subscribe