Dan Beginilah Kenyataannya

March 01, 2014

Lebih dari setengah penghuni bumi pertiwi ini berusia produktif, didominasi oleh para mahasiswa yang merantau atau tidak merantau. Menjadi mahasiswa bukan hal yang baru tapi awal  untuk sebuah perubahan mulai dari fisik, pemikiran, dan tindakan-tindakan yang diambil.


Hidup jauh dari orang tua tentu ada enaknya dan gak enaknya. Semua sudah tau, kalau jauh dari rumah tanpa diwajibkan lagi sudah pasti harus mau hidup mandiri. Bagaimanapun caranya. Bagaimana mengatur uang, ini yang paling banyak teori tapi susah dipraktekan untuk hemat atau semacamnya. Hukumnya sama kayak diet, banyak caranya tapi yang berhasil sedikit dan implementasinya rendah.

Seperti saat ini, banyak teori dan memo-memo yang udah aku rancang ke depannya supaya segala sesuatunya jadi teratur dan terawat. Tapi, hasilnya, ah omdo. Di catetan rencananya seminggu pengeluaran dibudget 200rb, per harinya gak lebih 15rb untuk makan.Untuk makanan, 15rb x 7 = 105rb, sisa 95rb kan? Untuk beli bensin 30rb sisa 65rb.Udah, gitu aja, gampang banget 'kan nyusun teorinya?
Kenyataannya begini:
Misalnya hari ini sarapan pagi lalapan 7rb. Karena di kosan selalu butuh camilan, maka belilan camilan saya di toko harga 8rb dapet 1/4 kg makaroni pedas. Bensin habis, ngisi di pom 10rb. Total hari pertama 25rb ya.
Hari kedua, beli sarapan 7rb. Sorenya diajak temen makan di bengel cina, nasi goreng biasa adalah menu pilihan favorit saya, bukan karena rasanya tapi harga paling murah diantara menu lain: 7rb. Gak enak sama tenggorokan kalau cuma beli makanannya, jadi beli es tehnya sekalian 2rb. Total 16rb ya.

Hari Ketiga, beli sarapan 7rb. Sorenya diajak makan kayak kemarin 9rb. Malemnya nemenin Bela ke supermarket buat belanja kebutuhan. Karena banyak kebutuhan yang perlu dibeli seperti tisu, kispray, sabun, dan barang cepat habis pakai lainnya biasanya sekali beli habis 40rb. Total 56rb ya.

Hari keempat, biasanya dari sini bensin sudah habis. Isi lagi 10rb. Mau hemat, beli beras aja deh urunan sama dua anak di kosan beli 5 kg harganya dibagi tiga jadi 16rb per orang. Pulangnya beli telur 1/2 kg 9rb biar hemat. Total 35rb.

Hari kelima, makan nasi telur di kosan jadi gak ngabisin duit. Malemnya, diajak hang out sama mbak-mbak kosan. Kalo diterima, saldo minus. Kalo ditolak, bakal mengurangi silaturahmi dan menyulitkan untuk bergabung dengan dunia mereka. Saya dilema. Dan yang selalu muncul dalam otak saya, "Keluar 'kan gak sering banget, yaudah ikut keluar aja deh. Pengeluaran bisa diatasi dengan berhemat minggu depan." Oke, saya ikut. Saat di cafe atau semacamnya, lagu forget about the price tag membutakan mata dari harga menu yang tertera. Tiba-tiba saat sampai kosan disodorin bon dan harus bayar minimal 40rb.

Hari keenam. Karena kemarin boros, jadi hari ini makan nasi telur. Eh, apesnya minggu ini kebagian beli galon untuk tiga orang. Hari ini beli galon 13rb. Jadwalnya ngerjain tugas bareng di kosan temen. Di depan kosan temen ada yang jualan roti maryam, anak-anak banyak yang beli, aku gak mau lantai kosan dibanjiri air liurku jadi belilah saya dengan harga 5rb saja murah tapi nafsu dipuaskan. Haus, beli minum botol club di warung 3rb. Total 21rb ya.

Hari ketujuh, diajak main ke pasar minggu. Okelah, dari rumah diniatin gak usah beli apa-apa, cuma dibudget 20rb aja. Gak lebih, titik. Sampai disana, diajak sarapan sama nasi kuning 7rb es teh 2rb. Jalan terus naksir sama salad buah 5rb. Jalan lagi naksir buat dibawa pulang arumanis 5rb. Mampus, budget sisa 1rb pas banget buat parkir. Total 20rb.
Baiklah, kita total pengeluaran minggu ini : 25rb +16rb +56rb + 35rb +40rb + 21rb +20rb = 213rb
Minus 13rb!
Itu masih perhitungan kecil dibandingkan defisit yang selalu saya alami tiap minggu dan selalu berjanji akan diperbaiki minggu depan dan tetap saja itu janji bullshit. Yah, beginilah kenyataannya, belum lagi saya manusia berjenis wanita. Tidak pernah puas dengan kecukupan. Tas baru, sepatu baru, baju baru, dan buku baru.... sulit menghapus bayang-bayang "baru" itu dari kepala dan hati. Forget about the price tag.... Entah kenapa lirik itu berguna untuk mendongkran mood tapi begitu berbahaya bagi saldo keuangan saya.


Bagaimana pun, itulah kenyataannya. Hemat itu banyak caranya tapi sedikit yang berhasil. Berpuasa untuk tidak mengeluarkan uang belanja sama aja dengan berharap jadian sama pacar orang, turunnya hujan di gurun, dan berharap lulus jadi sarjana dalam waktu tiga setengah tahun. Hmn...prospek yang mengerikan di depan sana. Tapi, sekali lagi, beginilah kenyataannya.

You Might Also Like

0 comments

Subscribe