Jangan kebanyakan liat ke atas deh, banyakin bersyukur

January 28, 2018


Kira-kira di usia 22 tahun, manusia itu udah harus ngapain aja ya? Kalo Taylor Swift kan udah tuh dia nyiptain lagu "22" di albumnya Red. Nah kalo buat manusia yang biasa-biasa aja kayak gini, minimal pencapaian yang harus dia punya apa ya di usia 22?

Jujur aja sih, akhir-akhir ini lagi ngerasa gak bergairah untuk hidup. Tapi tenang, masih terpantau belum ada niatan untuk mengakhiri hidup kok. Hanya saja...
Mengejar mimpi, mengejar apa yang kita inginkan itu ternyata gak semudah yang dibayangkan ya? Hehe. Walaupun udah direncanakan sematang apa pun, kalau emang belum jodoh, what we can do? Ya gak?

I thought I already do my best but it's...not. Gak usah bertele-tele, intinya sih aku bahas tentang anak yang baru netes dari kampus dan punya angan-angan tinggi kerja di perusahaan impiannya. Tapi mimpi itu pupus, lebih tepatnya, entah kapasitasku yang masih menyelam di samudra atau memang belum jodoh aja sama waktu dan kesempatannya (think positip ehe).

Kadang kesel, mau marah, tapi sama siapa? Orang yang paling pantas disalahkan saat momen kegagalan adalah diri sendiri. Penderitaan orang pengangguran itu rasanya kok lebih pilu ketimbang diselingkuhin ya? Kalau diselingkuhin, urusannya bisa cari yang lain atau yauda tinggalin aja si buaya ngapain diperjuangin. Tapi kalau urusan karir...it's complicated, right?

Apalagi satu-persatu teman menunjukkan dimana mereka sudah menemukan hidup. Udah ada yang dapet kerja di perusahaan bereputrasi tinggi sampai hiasan emas yang melingkar di jari manis mereka. One by one...people...they're going up and up. And me? Literally me? Cuma bisa berdiri pegang balon dan ngeliat orang-orang beranjak sukses di atas. Plus, tulisan di balon itu 'I'm a looser'.

I was rejected for...many times. Many...times. Gak bisa nemu letak kesalahannya dimana and I couldn't help it. Sorry bukan manusia naif, kalau udah ditolak sama perusahaan-perusahaan yang namanya selalu aku pajang di sticky notes dinding kamar, rasanya...kecewa bukan main. Padahal hal ini udah aku siapin sejak awal kuliah, I always know where I'm going to, and I will know how the way I can get there. Selama ini mantra itu selalu berhasil, but why...not for this?

Stres iya, tapi gak sampai depresi. Tiap malem kalau mau tidur rasanya kayak kena serangan jantung, deg-degan berlebihan kayak minum 3 cangkir kafein sekaligus. Padahal gak berharap punya panick attack tiap malem, but it does happen. Mungkin itu respon tubuh kalau kecewa ya, and we can not control it.

Lalu, apakah gak mencari teman untuk bercerita? I did. 
But, somehow, the only way to heal your problem is not too much beliving or rely on people. And, the best way to heal it, act like you're okay and fine. It's not faking, it's just...the way.

I feel bad, truly bad. I feel disappointed, I'm so stupid, so...shame on me. 

That's my words yesterday. Itu kata-kata kemarin, itu cerita kemarin. Kena panick attack tiap malem itu capek loh, bener-bener capek. Gak bisa tidur dan cemas tingkat tinggi. Jadi mikir, anjir lah, mau sampai kapan kayak gini lid?

First, I heal my self with my self. Coba buka-buka postingan jaman dulu mulai tahun 2011 sampai sekarang. And I see that...I grew up

Sumpah ya, baca tulisan sendiri yang terus berkembang dari taun ke taun, berasa liat kaleidoskop kehidupan. Sorry rada alay, tapi bener-bener berasa dapet hidayah sama tulisan sendiri.

Dan dari situ sadar, gila ya, Lidya di tahun 2012 udah bisa nulis kalau dia bukan tipe orang yang mudah patah semangat dan percaya diri. Lidya di tahun 2013 merasa kalau udah saatnya dewasa, cara mikir dan tingkahnya perlahan harus dirubah. Lidya di tahun 2014 mulai tau gimana caranya mencetak Lidya yang independen, strong, investasi pengetahuan dsb. Lidya di tahun 2015 makin semangat dan antusias sama yang namanya dunia. Lidya di tahun 2016 semangat mengejar kesempatan. Dan Lidya di tahun 2017...udah mulai keliatan ngeluh, keliatan gak dewasa, keliatan ragu, dan keliatan gak pede.

Lalu, bagaimana dengan Lidya 2018?

Wow. Just wow. Rasanya malu. Sumpah deh. Kalau memang Lidya 2013-2016 itu nyata dan lagi ngumpul di depan, mereka pasti ngetawain. Bener-bener ketawa ngakak. "Kamu bener Lidya? Kok cupu sih? Kita-kita udah mati-matian nyetak jadi manusia dan kamu malah kayak gini? Iew banget,"

Ya kurang lebih begitu mungkin kesan mereka. Tapi, bener juga ya. Kita gak boleh ngecewain diri kita yang sebelumnya. Mereka udah kerja keras bikin kita sampai ada di posisi ini. 

Sekarang yang aku pikirin; bodoh amat sama reputasi dan pikiran membandingkan diri sendiri dengan teman yang terbang duluan ke atas. Itu melelahkan dan gak ada gunanya.

Yang pasti, aku masih step by step menginjak anak tangga dan gak mau loncat/lewatin satu anak tangga pun. Instead of blaming on things, we should more grateful, right? 

Daripada lama-lama kecewa, sakit hari, mending banyak-banyak bersyukur. Merasa beruntung punya teman-teman dekat yang kasih support dan keluarga di rumah yang senantiasa beri kasih sayang berlimpah. I feel enough.

Bersyukur atas apa yang sudah kamu dapatkan sekarang. Masih banyak kok (mungkin) orang yang masih dibawah, kamu gak akan tahu bagaimana orang-orang di bawah berjuang. Lagipula, mereka yang lagi di atas, apakah masih bisa sebahagia ini? 

Intinya sih, just chills, ok? Obama aja jadi presiden waktu umurnya 50an sedangkan Trum umur 70an. It's not only about your, it's about how to deal with time. Dan orang punya "waktu" mereka sendiri. It's okay, gak bisa dapet sekarang bukan berarti gak bisa dapetin besok, ya 'kan? 

So, I love my self. I love being here. I love and (trying to be) happy with my job. Let's burn it, all negative vibe behind. Dan yang paling penting, kamu harus tau, it's okay to be not okay. Sedih ya sedih, kecewa ya kecewa, tapi jangan kelamaan. Just..be your self. Ok?

Jangan lupa ada orang-orang yang punya harapan besar untukmu. Jangan kecewakan mereka :)

You Might Also Like

1 comments

Subscribe