[REVIEW] Film HER, ngajarin kita kalau 'madness' karena jatuh cinta itu wajar

June 11, 2015


Hi, there. How was your day? Hope you always good as usual. Udah nonton film HER? Kalo belum, sini aku kasih alasan why you have to watch this movie. Film ini ditulis, disutradarai dan diproduseri sendiri oleh Spike Jonze

Dikisahkan Theodore Twombly (Joaquin Phoenix) bekerja di handwritingletter.com, yang kerjaannya menulis surat kepada seseorang sesuai pesanan. Karena film ini temanya futuristik, jadi gak perlu repot-repot ngetik di keyboard, udah tinggal ngomong aja dan OS yang kerja. Uniknya di film ini meskipun futuristik, gaya fashion yang dibawa masih ala-ala 80an. Oke, next to the point yah fellas.

Jadi, si Theodore ini beli OS1 dari perusahaan intelegensi artifisial nomor satu yang menyediakan program baru, OS yang punya kemampuan sama seperti layaknya manusia. Keren 'kan? Alasan kenapa Theodore beli OS baru itu, you know why, sama kayak kamu: ke-se-pi-an

Theodore yang tergolong introvert, di cerita film itu udah pisah sama mantan istrinya hampir setaun. Itulah alasan dia membeli OS1. Theodore request OS-nya suara perempuan, dan....jengjeng....

"Hi, how are you?" 

Suara merdu OS wanita yang di dubbing oleh kakak cantik Scarlett Johansson muncul usai terdownload.

"Hi, what's your name?" tanya Theodore, agak heran karena OS barunya berbeda dengan yang lain.

"I'm Samantha," jawab OS-nya.

Nah, setidaknya perkenalan mereka begitu. Penasaran? Nonton gih di streaming onlen gretongan. Ada teknologi namanya Google, nah coba cari aja linknya disitu.

Tiap hari Theodore dan Samantha ngobrolin banyak hal. Mulai dari berita informatif sampai pertanyaan konyol, seolah Samantha udah jadi teman hidupnya Theodore. Dari sudut Theodore, dia suka Samantha karena si OS-nya punya excitement and egaer to learn the world

Coba deh kamu bayangin, punya temen baru yang amat sangat penasaran dengan dunia dan punya banyak perspektif lugu. Pasti lucu 'kan? Dari sudut Samantha, even she just operating system, tapi dia ada perasaan yang beda kepada Theodore. 

Aduh, kalo baca dialognya mereka berdua, inget lyric lagunya Tulus yang judulnya Sepatu. Selalu bersama tapi tak bisa bersatu~

Tanpa disadari, keakraban dan kedekatan mereka semakin intim. Bahkan nih ya, bahkan, mereka udah mulai main dirty talk sampe Samantha berani mendatangkan wanita asing agar bisa menyentuh dan merasakan keintiman versi dirinya bersama Theodore. Tapi ya tapi, it doesn't work out well. Lihat aja sendiri filmnya kalo penasaran.

Di kantor, Theodore punya temen cewek namanya Amy. Ada kutipan yang perlu dicatet dan diingat dari percakapan mereka.

"Amy, sebenarnya, selama ini aku mengencani Samantha, komputerku sendiri." ungkap Theodore.

Si Amy diam dan sedikit kaget.

"Apa aku terlihat gila?" tanya Theo.

Si Amy tersenyum dan menjawab, "Semua orang yang jatuh cinta itu gila. Semua orang yang jatuh cinta akan melakukan hal gila. Jadi, kegilaan karena jatuh cinta itu kegilaan yang wajar."

See? There's biggest thing comes out from Amy. Gak peduli dia yang kaya, dia yang cantik, dia yang ganteng, dia yang sempurna, akan kalah dengan yang namanya rasa jatuh cinta tanpa alasan. Ditambah lagi, bodoh itu ketika kamu kasih saran atau ngomentarin orang yang lagi jatuh cinta. It's useless. Am I wrong?



So, next to the point again. 

Kisah akhirnya nih sedih banget. Theodore dan Samantha menyadari who they are and what they are. Mau sampe kapanpun, mereka juga gak bakal bisa jadi satu. 

They're just getting hurt each other. 

"I've never loved anyone the way I loved you," kata Theodore kepada OS kesayangannya.
Sad to say, si Samantha memutuskan untuk menghilang.

Sebagai pelajaran aja sih, in my opinion, film ini mengisahkan manusia yang sekarang udah mulai abai sama sosial. Too many gadget and app, yang bikin manusia lupa kalo mereka makhluk sosial. 

Sadar atau tidak, teknologi menyebabkan perilaku dan hubungan yang aneh. Andai gak ada teknologi, pasti gak ada kasus pria menikahi robot atau idolnya sendiri dalam bentuk app/OS. 

From now on, try to talk with your friends--in reality. You are social creatures, you supposed to be interact with the others. Less your cyber activity (STOP MAIN OMEGLE YA!) dan luangkan perhatian ke lingkungan sekitarmu. 

Maybe, it just maybe, there's something better than your gadget or your cyber things.

You Might Also Like

2 comments

  1. Omegle itu apa kak, btw nice review

    ReplyDelete
  2. " andai tidak ada teknologi "menurut saya kita tidak bisa menyalahkan teknologi karena di satu sisi kita membutuhkan teknologi . kesalahan nya terdapat di manusia nya, karena terlalu hyperreal kemudian manusianya juga yang menyalahgunakan teknologi itu sendiri. menurut saya seperti itu maaf jika saya mengkritik tulisan anda

    ReplyDelete

Subscribe