[BEHIND THE STORY] Women In Business 2015

May 17, 2015



Hi, there. How was your day? Kalo disuruh cerita behind the story dari rangkaian persiapan WIB 2015 sampai bertemunya dengan hari H, pasti bakal panjang banget. Banyak cerita, pengalaman, dan pengembangan diri dari perjalanan terlaksananya WIB 2015. But, I'll make it short.


Semenjak terpilihnya menjadi OCP (Organizing Committee President), 2 Feb 2015, mulai dari detik itu saya tahu saya akan memikul tanggung jawab yang besar. Memilih enam orang OC (organizing committee) yang akan menjadi tim yang saya pimpin. Oke, cerita dulu tentang tim ya.
Saat interview sebagai OCP, pertanyaan dari advisor: "Jika kamu mau pilih OC, kamu mau pilih yang seperti apa?"
Saya jawab, "I will choose people who want to try, I'm not looking for skill oriented people. Because I want to increase my OC's development skill" Saya akan memilih orang yang akan berusaha dan mencoba, daripada orang yang sudah ahli di bidangnya. Karena saya janji akan mengembangkan kemampuan OC saya nanti.

Berikut cerita singkat tentang 6 orang hebat di sisi saya.
Azuma dan Sheila, mereka OC External Relation yang mana JD mereka adalah mencari partner, boleh dibilang semacam sponsorhip. Mereka mahir organisasi, tapi di bidang sponsorhip mereka kurang berpelangaman. I knew it very well, jadi sponsorship itu sangat susah dan tekanan batin. Pakai pakaian standart marketing, bawa proposal ke companies, & panas-panas. Saya tidak peduli seberapa hebat kemampuan mereka, tapi saya sangat peduli dengan bagaimana membuat mereka tidak lelah, putus asa, atau demotivated gara-gara ditolak berulang kali. Hasilnya, saya senang bisa melihat Sheila dan Azuma semangat sebar proposal dan follow up, tidak peduli sesering mereka di tolak. Mereka berhasil mendapatkan banyak partner untuk event ini.

Yang kedua adalah Lucky. Dia the only man dalam tim, JD-nya sebagai OC Agenda, sebut aja si acara. Pas interview dia dengan pertanyaan, "Menurut prediksimu, berapa jumlah peserta yang akan datang di acara ini?" Dia menjawab, "50 orang kak". Sebuah angka pesimis. Meski begitu, sepanjang perjalanan bersama WIB 2015 dia berhasil mengatur acara sedemikian rupa. Kalian harus tau, acara WIB 2015 hanya diatur satu orang, dengan jadwal plan A & B yang matang dan penempatan sesi yang tepat. Dan Lucky orangnya.

Yang ketiga, Ayu sebagai OC Communication, produk publikasi ada di tangannya. Dia punya konsep desain yang bagus, tapi tidak bisa mengoperasikannya pada photoshop. Dia sempat bilang ke saya, "Aku mau minta tolong ke orang buat desain poster". Hebatnya, dia bisa mendesain banyak poster, banner dan lain-lain hanya menggunakan aplikasi photoscape. Keren 'kan?

Selanjutnya, ada Reny sebagai OC Logistic. Meskipun cewek, but I think she's kind of strong girl. Paling rajin jaga booth promosi, angkat-angkat loading konsumsi pas hari H, dan kerjanya cepat. Dia pernah bilang, "Dulu pas apply jadi OC, aku pikir event-nya biasa aja. Ternyata event-nya segedhe ini." Memang kenapa ren? Dia jawab, "Tanggung jawab semakin besar, Kak"

Yang terakhir, Dela. Dia the most fabulous OC Finance that I've ever met. Meski kerjaannya cuma ngitung duit di excel, tapi perjuangannya bolak-balik ke rektorat untuk pengajuan dana sampai melewati beberapa universitas di Malang untuk perijinan promosi. Dia OC yang paling sering pingsan sangking beratnya JD yang dia tanggung.

Bukan berarti cuma punya mereka berenam, tapi ada Kak Danny, Kak Jessy, Zaki, Selena, Ega, dan Audri yang juga rajin memberi saran pada tim ini. Meski H-30 sempat ada "crush", sebuah tuntutan untuk merubah konsep acara, tapi saya harus meyakinkan tim saya untuk stick to the plan dan percaya tim memilih jalan yang benar. Alhamdulillah, sampai akhir tim bisa melaksanakan planning dengan baik dan give the best show and performance.

Yang bikin agak sedih, H-3 kita masih belum tembus 200 peserta. Meski tim dapat tekanan untuk reach number peserta, tapi saya bilang ke mereka. "Seberapa banyak jumlah peserta yang kita dapat, itu tergantung seberapa usaha kita mencari mereka. Tapi aku liat kalian sudah sangat, sangat berusaha. Kalau hasilnya cuma segini, so what? Jangan pusing mikirin numbers, pikirin bagaimana hari H give the best show. Quality better than quantity." Dan lagi, sempat ada masalah lagi dengan low budget. Kepikiran low budget, barang-barang yang dibeli untuk mendekor juga sedikit dan murah. But I said it again to them. "Momen itu tidak bisa dibeli, tapi uang bisa dicari. Kalian mau momen besok bagus dengan uang pantia sendiri atau dekorasi yang pas-pas an tanpa harus keluar orang?" Saya lebih memilih mengorbankan uang jajan agar momen WIB 2015 tampak matang daripada beli produk dekorasi yang tunduk pada budget.

Hasilnya pada hari H, banyak media yang datang untuk meliput bahkan melaksanakan PRESS CONFERENCE. Jumlah peserta yang datang lebih dari ekspektasi, peserta antusias, dan saat evaluasi banyak hujan pujian untuk hasil kerja keras tim. Rasa capek dan lelah, bahkan badan yang udah kehilangan imun tinggal ambruk, hilang. Hard work never betray you, right?

Hmmm..tuh 'kan, panjang banget. Sebenarnya masih ada lagi cerita yang lain. Manisnya semangat dan dukungan teman-teman saya serta apresiasi testimoni dari orang-orang yang menyaksikan acara WIB 2015. There's no words that I could say except big thanks to the team, our beloved and humble speakers, aiesers, AIESEC Brawijaya, dan semua stakeholder yang terlibat dalam acara ini.

Salam hormat dari saya,
Lidya Charolina



Sama MC kece

Belum full team. Dua orang masih ngilang.

First speech di depan orang banya. Grogi dan belepotan :D


You Might Also Like

0 comments

Subscribe