Review Film Fifty Shades of Grey
March 13, 2015Hi there, how was your day? Udah nonton film paling kontroversi taun ini? Yaps, Fifty Shades of Grey. Untuk mereview dan mengulas film satu ini, sebenernya satu postingan gak cukup. Tapi, I'll make it short and clear. Mungkin beberapa dari kalian udah pernah denger atau bahkan udah nonton streaming filmnya. Kenapa streaming? Iyaps, karena film ini bergenre fiksi erotis dan sangat jelas gak boleh tayang di tanah air tersayang ini. Uniknya, justru film adaptasi novel karangan E.L. James yang dapet larangan tayang dimana-mana malah bikin film ini ngeboom. Ribuan bahkan jutaan ulasan film ini dalam berbagai bahasa di internet membuat semua insan penasaran sama film ekstrim yang satu ini, saya salah satunya.
Fifty Shades of Grey bercerita tentang Anastasia (Dakota Johnson) yang jatuh cinta pada Grey (Jamie Dornan), pemilik Grey Enterprise. Kisah awal pertemuan mereka dimulai saat Ana menggantikan Kate (temannya) untuk memawancarai Grey (Awalnya, saya pikir intronya mirip Supernova--jurnalis & pemuda sukses). Grey juga suka Ana, perjalanan cinta mereka berlanjut. Kalo boleh dibilang, ceritanya kayak Cinderella tapi ada bumbu-bumbu porno.
Gangguan psikologis Grey menjawab alasan kenapa judulnya "50 Bayangan Grey". Karena masa kecil yang kelam, Grey punya selera yang "singular" (abnormal) saat memenuhi kebutuhan seksnya. Gak normal gitu looh. Saya gak tau persis apa nama gangguang psikisnya, tapi intinya si Grey ini melakukan BDSM (Bondage, Discipline, Sadism, Masochism). Grey bahkan punya “Red Room Pain” yang isinya flogger, Cambuk, Rantai dan banyak permainan sex lainnya.
Tapi saat bertemu Ana si cewek biasa dan masih "polos", Grey merasa dirinya mulai bisa normal. Ana satu-satunya wanita yang diajaknya naik helikopter dan Grey bersedia pergi ke bioskop/makan malam dengan Ana meskipun sebenernya dia sendiri merasa gak normal menjalani kencan.
Karena cinta, Ana rela menjadi "wanita kasar"nya si Grey. Tapi lama-kelamaan dia lelah, gimana gak lelah ya? Si Grey bikin peraturan, dia adalah dominan dan Ana submisif. Anna gak boleh nyentuh Grey dan harus tunduk sama Grey. Padahal, Anna menyebutnya cinta, tapi pada akhirnya dia sadar yang Grey rasakan beda dengan apa yang dia pikirkan selama ini.
Sumber Foto: businessinsider.com |
"Anna, please do not hate me.""No, but I fallen in love with you, Christian.""No, you can't love me, Ana. No...that's wrong."Nah, dari situ Anna sadar kalau selama ini Grey gak mencintai dia, tapi cuma dipakai alat pemuas kebutuhannya Grey. Anna pergi. Tapi di akhir novel ada tulisan gemes, "The end of part one". Tidaaak!! Sial banget novel ini belum diterjemahin ke bhs Indonesia dan baca novel bahasa inggris itu melelahkan harus bawa kamus :((
Tapi namanya juga fiksi cinta dan erotis jadi satu, hasilnya sumpah bagus dan jadi gemes sama E.L. James kok bisa menciptakan resep cerita seperti ini.
Segitu dulu yaa reviewnya, Penasaran? Cek trailernya sonoh. Tapi menurutku kalian harus liat filmnya, saya aja awalnya gak tertarik baca novel dan nonton filmnya. Tapi kalo liat siapa aja pengisi soundtracknya, jadi pengen nyimak. One of my favorite song, LOVE ME LIKE YOU DO - ELLIE G.
0 comments