Metamorfosis Jadi Mahasiswa

May 26, 2014


 

Meskipun belum genap menelan dua semester pahit-manis kehidupan jadi mahasiswa, setidaknya saya udah jungkir balik dan mencicipi garam di waktu yang sesingkat itu. Back to past, ketika saya membuka akun SNMPTN 2013 dan diterima, saat itu juga saya loncat-loncat kegirangan seperti cacing yang ditaburi garam. Bukan tidak beralasan, secara spontan saya melakukannya karena saya juga punya ekspektasi besar untuk menjadi mahasiswa. Seperti ini, "Yay! Aku lulus SNMPTN! Jadi mahasiswa! Good bye school and cant wait to see you, dear university!!!"


I expect big to be collegian. I just want to see new world, new life, and of course, new rules.

Begitu bahagianya sampai sebuah ekspektasi di atas kepala dan kenyataan itu bertabrakan dan membuat semuanya kabur. Oke, aku udah jadi mahasiswa, aku bebas dari peraturan dan no one can control me except my own self.
Ekspektasi : No rules. No one control you. Spend your parent's money and it's fine. Hang out with strangers and new friends, dont care what time is it. Free.
Reality : Siapa yang mencuci bajumu? Siapa yang membangunkanmu di pagi hari? Siapa yang mengingatkan untuk solat lima waktu? Siapa yang menyuruhmu untuk berhenti menghaburkan uang? Siapa yang membersihkan dan merapikan kamarmu? Siapa? Yups. It's your self. Only you. You're alone in your new world-rules.

Itu belum seberapa. Ada lagi, yakni konsistensi komitmenmu pra-mahasiswa. Misalnya, kamu punya pacar dan kamu berjanji ke pacarmu. "Sayang, aku janji gak akan berubah. Cuma kamu. No one can change my choices." Oh yeah? Really? You absolutly could say that BEFORE meet strangers-culture-life in your new world-rules. Sebelum menjadi mahasiswa, kamu ucapkan semua kata-katamu, seolah-olah yakin-- bahwa tidak ada yang bisa merubahmu. Itu betul, dan itu basen on my own experience. I told him, i wont change and i'll keep my consistency, i promise you, you have my words.
And now? All that promshit gone.

Ketika aku masuk menjadi mahasiswa, memang 180 derajat berbeda dari duniaku sebelumnya. I only straight person and like a said, no one can change me. Karena dari tempatku sendiri, lingkunganku, di Kota Genteng yang asri, disana tentram setentram air kolam. Meski dangkal, tak mengalir, aku bebas berenang dengan batasan kolam yang dibangun. Itulah kenapa aku lurus, tidak berubah, kebudayaan yang ada sejak kecil melekat.
Disini, merantau menjadi mahasiswa, semuanya berubah perlahan. Lingkungan mewarnai jiwamu yang masih seputih kertas dan cuma kamu yang bisa mengontrolnya. Mereka--teman baru--orang asing--komunitas, mereka merubahmu menjadi orang baru. Mengkontruksi ideologi, eksistensimu, bahkan membuka kacamatamu untuk memandang sesuatu yang baru. Yang tadinya kamu merasa, oh, everythings seem like used to be, dan tiba-tiba kamu merasa berbeda, kemudian kamu menyusun what you have to do dan begitulah alur perubahanmu menjadi seseorang. Entah bad person or good person, karena bad or good menurutku relatif, depends on your point of view--tergantung dari sudut pandang mana dulu.

Untuk itu, becareful to say that you didnt know what happens tomorrow. Berhati-hatilah berkomitmen, membuat janji, dan terlalu yakin bisa menjaganya. Karena menjadi mahasiswa bukan hanya sesuatu yang baru, tapi sesuatu yang lebih dan lebih merubahmu menjadi sesuatu yang belum pernah kamu rasakan sebelumnya. Itulah kenapa, sesuai fakta, ketika kamu masih SMP atau SMP, kamu bisa mempertahanku hubunganmu dengan pacarmu. Cause you're straight person! Kamu lurus dan lingkunganmu sama, kamu berada di kolam yang hanya berdiamter 5 meter, mungkin? Ketika kamu menjadi mahasiswa, everything's change dan terkadang memang hanya perubahan yang abadi, janji-janji manis bahkan komitmen abadi dengan pasanganmu, bisa pupus begitu saja seperti kapas yang tertiup angin.



Jadi, jangan pernah salahkan orang untuk berubah. Percayakan dan yakinkan dirimu, bahwa orang itu sudah tidak sesuai lagi menjadi lingkaran kehidupanmu. Dia berubah, so why? You can breath and it means you have a long journey waiting you.

You Might Also Like

0 comments

Subscribe