How I Fallen in Love?

January 14, 2017


This is my personal story. Idk why I have to wrote this, I just, you know, want to type all the words that contain in my mind. Semua orang pasti punya cerita unik bagaimana mereka pernah jatuh cinta. Mengingat percakapan pertama yang mereka lakukan, mengingat momen dimana percikan api itu mulai muncul, sampai mengingat bahwa mimpi untuk bisa bersamanya itu hanyalah fana.

Tiap hari aku selalu kagum sama seseorang. Entah itu pria maupun wanita. Ya kebanyakan pria sih. Dari cara dia bicara, cara dia nunjukin kemampuannya, sampai penampilannya. Menurutku, semua cowok itu kece dan keren ketika dia nunjukin passion maupun bakatnya. To be honest, kalau ada cowok yang ganteng dan oke banget biasanya aku gak tertarik, karena udah tau gak bakal bisa sama dia. Lol. Ya tau diri aja lah, Angelina Jolie aja bisa diselingkuhin apalagi penampilan sapu ijuk kayak gini. Plis jangan berharap lebih ya Lid :)

Kalo liat cowok pinter nih ya, entah dia anak desain atau anak IT, beuh, pikiran ini bisa kemana-mana. Kira-kira nih cowok cocok gak ya jadi suamiku? Kira-kira anakku kayak apa ya kalau aku bikin sama dia? Kira-kira kalau jadi istrinya dia, servis apa yang aku kasih ke dia? Eaak. See? Inilah pikiran liar seorang wanita single usia 21 tahun. Jangan kaget.

Dari pengalaman aku jatuh cinta, aku selalu jatuh cinta dengar cerminku sendiri. Maksudnya, aku selalu jatuh cinta sama cowok yang sebenernya kepribadian dan pola pikirnya persis kayak aku. Aku selalu adore cowok itu. Itulah kenapa my love life feels totally suck. Ya karena aku mencari pria yang aku inginkan, bukan yang aku butuhkan.

Lagipula, aku juga bingung sebenernya aku ini butuh pria yang kayak gimana sih. Dan, sekarang butuh gak sih?

Soalnya gini, kadang aku ngerasa pengen punya pacar. Ada yang merhatiin, keluar nge-date, chatting, pokoknya menuhin kebutuhan batin. Di sisi lain, do I really need that? Pepatah mengatakan, rumput tetangga lebih indah. Ngeliat temen dijemput pacar, makan sama pacar, sampai pamer kemesraan di media sosial itu bikin iri pake banget. 
Misal ada acara bareng nih ya, semua pada bawa pasangan masing-masing. Mereka bilang "Lid, minta tolong fotoin kita berdua dong." sedangkan aku cuma bisa bilang "Tolong fotoin aku sama patung ini dong, thanks :)"

Sedih gak sih?

Biasa aja sih sebenernya. Soalnya aku yakin wanita single itu selalu punya banyak cara. Selama ini, aku bangga sama diriku sendiri karena bisa melakukan apa saja dengan sendiri. Misal makan di warung atau cafe sendirian, jalan ke mol sendirian, ke perpus sendirian, ngurus apa-apa sendirian tanpa perlu ngerepotin orang lain, pun sebaliknya.

So, what's the point aku nulis ini? Kok kayaknya judul sama apa yang aku ceritain gak sinkron. Larinya malah kemana-mana. Ya intinya gitu sih geng, kamu kalo suka sama orang pastiin dulu. Apakah dia benar-benar orang yang kamu butuhkan? Kedua, apakah kamu membutuhkannya sekarang? Kalau masih bisa melakukan segalanya dengan sendiri lalu kenapa harus punya pacar?

Tapi kalo ada yang mendekat sih gak nolak. Lihat dulu usaha dan potensinya. Kira-kira kita bisa jalan bareng gak ya?

Udah sih gitu aja. Bagaimana? Apakah tulisan di atas sudah membuat hidupmu lebih baik? Wkwk.



You Might Also Like

3 comments

Subscribe