Ketika Subsidi Premium Dicabut, Mahasiswa Bisa Apa?
November 22, 2014
Sejak ditetapkannya kenaikan BBM dari 6500 menjadi 8500, peraturan baru ini menimbulkan banyak kontra dan pro di tanah air tercinta. Ada yang demo hancurin gedung DPR, angkutan umum mogok massal, bahkan pencemohan pada pemerintahan presiden baru. Ironisnya, meskipun selisih harga premium dengan pertamax hanya 2300, namun masih banyak juga mobil-mobil pribadi mewah mengkonsumsi premium. Meskipun kenaikannya hanya bernominal 2000, tapi cukup mencekik leher perekonomian negara termasuk saku mahasiswa perantau. Bayangin aja, nasgor yang tadinya 8000 sekarang 10,000. Ih kezel deh.
Sebagai agent of change, artinya kita harus ngapain? Yup, kita harus saa...bar. Iya bener jadi agen perubahan, tapi masa iya demo di jalan bikin macet dan meresahkan warga? Semua keputusan pemerintah itu sudah paten, apalagi presiden. Dan apa yang sudah mereka putuskan sudah melalu pertimbangan dan prediksi lebih dari ramalannya dukun-dukun pijat. Sebagai mahasiswa juga harus menyeimbangkan mana kolektivis dan kritis. Boleh aja menunjukkan mahasiswa demokratis tapi asalkan jangan anarkis. Tidak perlu repot-repot berteriak di jalan atau berceloteh di media sosial, cukup berpartisipasi sebagai agen perubahan dengan jadi mahasiswa berprestasi, mahasiswa entrepreneur, volunter Indonesia Mengajar atau masih banyak yang lebih kasih pengaruh positif kepada sosial. Lebih enak mana, peduli Indonesia dengan terjun langsung ke masyarakat atau terjun ke jalanan bawa spanduk?
Additional again. Alangkah baiknya, meskipun kantong mahasiswa, kalo emang sayang mesin motor mending beli pertamax. Kalian tau, premium bersubsidi itu kualitas bahan bakar paliiiiiing rendah. Pertamax itu selain bagus untuk mesin juga pemakaiannya irit. Kalau alasannya lebih mahal, misalnya fullnya premium 25rb dibanding fullnya pertamax 30rb kalian pilih mana? Selisih 5rb itu gak ada apa-apanya dibandingkan pengeluaran beli rokok atau jepit rambut di strawberry.
Jadi, selain peduli ramah lingkungan alias law pollution, kita juga berpartisipasi jadi mahasiswa yang baik tidak mengurangi jatah subsidi yang "memang" ditujukan kepada orang yang lebih membutuhkan. Sekian dari saya, nikmati pertamax-nya ya :))
Sebagai agent of change, artinya kita harus ngapain? Yup, kita harus saa...bar. Iya bener jadi agen perubahan, tapi masa iya demo di jalan bikin macet dan meresahkan warga? Semua keputusan pemerintah itu sudah paten, apalagi presiden. Dan apa yang sudah mereka putuskan sudah melalu pertimbangan dan prediksi lebih dari ramalannya dukun-dukun pijat. Sebagai mahasiswa juga harus menyeimbangkan mana kolektivis dan kritis. Boleh aja menunjukkan mahasiswa demokratis tapi asalkan jangan anarkis. Tidak perlu repot-repot berteriak di jalan atau berceloteh di media sosial, cukup berpartisipasi sebagai agen perubahan dengan jadi mahasiswa berprestasi, mahasiswa entrepreneur, volunter Indonesia Mengajar atau masih banyak yang lebih kasih pengaruh positif kepada sosial. Lebih enak mana, peduli Indonesia dengan terjun langsung ke masyarakat atau terjun ke jalanan bawa spanduk?
Additional again. Alangkah baiknya, meskipun kantong mahasiswa, kalo emang sayang mesin motor mending beli pertamax. Kalian tau, premium bersubsidi itu kualitas bahan bakar paliiiiiing rendah. Pertamax itu selain bagus untuk mesin juga pemakaiannya irit. Kalau alasannya lebih mahal, misalnya fullnya premium 25rb dibanding fullnya pertamax 30rb kalian pilih mana? Selisih 5rb itu gak ada apa-apanya dibandingkan pengeluaran beli rokok atau jepit rambut di strawberry.
Jadi, selain peduli ramah lingkungan alias law pollution, kita juga berpartisipasi jadi mahasiswa yang baik tidak mengurangi jatah subsidi yang "memang" ditujukan kepada orang yang lebih membutuhkan. Sekian dari saya, nikmati pertamax-nya ya :))
0 comments