Environment Already Changed Me Slowly

October 14, 2014

Lingkukan di sekitar saya perlahan mengubah perilaku dan sikap saya. Prioritas yang seharusnya memang utama menjadi terabaikan dan saya justru memilih waktu untuk sesuatu yang setelah saya sadari tidak terlalu menguntungkan. Misalnya saja, saya lebih memilih menghabiskan waktu dengan "acara" mahasiswa daripada memilih pulang untuk menjenguk keluarga. Bodoh 'kan?


Padahal kalau diingat lagi, waktu luang yang saya miliki sangat sedikit untuk pulang menumpahkan rindu bersama keluarga. Meskipun itu weekend, meskipun waktu perjalanan lebih banyak daripada waktu berkunjung, 48 jam vs 24 jam. Meskipun hanya sehari, it was really worth enough to spent it with beloved family. 

Belum lagi, evaluasi diri saya selama semester tiga ini selalu gagal. Mulai dari telat bangun pagi, iya, saya membeli jam beker untuk mengatasinya. Tapi teteeep aja, meskipun bunyi kring-nya berfungsi, tapi tetap saja motivasi untuk bangun dan beraktifitas masih dibawah bumi. Menyebalkan, memang. Belum lagi tugas-tugas kelompok dimana saya yang dipilih bertanggung jawab sebagai ketua kelompok, selalu mengecewakan anggota karena keteledoran dan virus menunda pekerjaan yang saya miliki. Alhasil yang rugi bukan saya sendiri, dan orang lain kena getahnya. Saya sangat merasa bersalah jika kebodohan dan keburukan saya melibatkan orang lain.

Meskipun sudah memiliki motivasi "untuk itu..saya harus...", namun implementasi dan eksekusinya sangat rendah. Saya ibarat tong kosong nyaring bunyinya. Iya, benar, semua hanya wacana. Dan jelas murni itu kesalahan yang saya cetak sendiri. How I could solved it?
Itu adalah tantangan dan tanggung jawab yang harus saya hadapi sendiri.

You Might Also Like

0 comments

Subscribe