Can we go back in time?

May 01, 2019



Hai, apa kabar? Dimana pun kamu, jangan lupa makan, jaga diri. Kalau bukan kamu sendiri yang bisa jaga diri siapa lagi.

Hari ini tanggal merah, hari libur. Hari dimana orang terserah mau ngapain aja. Tidur seharian di kasur, ngerjain kerjaan kantor, meet up sama temen, atau me time di coffee shop. Apapun yang kalian lakukan hari ini, jangan lupa telfon ayah atau ibu ya, mereka pasti menantikan kabar dari anaknya.

Sambil menikmati cafe latte yang dibuatin mas mas barista tadi, ada cerita yang ingin kutulis dan kubagikan. Bingung mulainya dari mana. 

Hmm... kenapa waktu berjalan begitu cepat ya. Rasanya baru kemarin lulus SMA, tau-tau udah wisuda, tau-tau udah pontang-panting nyari kerja, tau-tau temen deket udah pada nikah, tau-tau udah terdampar aja di ibu kota.

Bisa kah kita kembali ke waktu dulu? Tak sedikit orang yang mempertanyakan itu, menginginkan untuk memutar waktu dengan dalih memperbaiki segalanya. Kembali ke waktu pertama kali bertemu dengannya, jatuh cinta padanya, menjadi seolah-olah itu tak pernah terjadi. Agar kedepannya tak ada hati yang terluka karena ekspektasi tak sesuai dengan realita.

Sejak SMA, aku punya mimpi yang sederhana; menjadi penulis novel. Aku melihat beberapa teman rilis karya novelnya, disisi lain bangga, disisi lain iri. Have you ever felt your dream taken by someone? 

Rasanya sedih tapi gak bisa apa-apa. Seandainya dulu aku lebih rajin dan konsisten menulis dan bikin karya, bukan sok sibuk belajar yang lain dengan dalih "I want to learn new things" yang berakhir melenceng dari mimpi awal. Seandainya dulu...

Mau sampai kapan berpikir "seandainya dulu"? Bisa kah kembali ke waktu dulu?

Alih-alih menyalahkan apa yang dilakukan masa lalu, kenapa tak bisa lebih mengilhami apa yang kamu lakukan sekarang. Ini terdengar klasik, love what you do and it will love you back. 
Ada ayah yang harus bekerja keras berangkat pagi pulang malam hingga tak sempat menjumpai anaknya. Dia tak bermaksud mengabaikan keluarganya tapi itu pilihan hidupnya dan dia harus mengilhami apa yang dia lakukan.

Sama sepertimu. Terlepas apapun kenangan yang membuatmu ingin memutar waktu dan memperbaikinya, kamu adalah orang paling beruntung. Beruntung sudah melalui masa-masa sulit, masa-masa berjaya hingga masa sekarang yang juga masih tetap harus berjuang.

Semua sudah terjadi. Tak ada pilihan selain lanjut. Aku menyukai apa yang kulakukan sekarang karena aku berusaha untuk mengilhaminya. Tak ada yang perlu kamu sesali. Ketika dirimu mulai mempertanyakan "Can we go back in time?", ini jawabannya:

Something magical happens when you’re in a space where you’re uncertain about what’s next. There’s a feeling of letting go which allows you to surrender so you can receive something greater. Sometimes you just need to pause for a moment and listen. Allow divine guidance to enter :) (@idillionaire)

You Might Also Like

0 comments

Subscribe