Jangan Lihat ke Atas, Sesekali Lihat ke Bawah

February 18, 2017



Hi, there. How was your day? Jangan lupa bikin harimu menyenangkan ya.

Btw posisiku sekarang lagi nulis di kereta Tawangalun. Kaca jendela sedang berembun, suara lirih anak kecil menangis, penumpang sebelah tertidur, dan lantunan lagu I Love You I Hate You milik Gnash feat Olivia menggema di telinga. Kalau dilihat pakai cctv, kerjaanku daritadi cuma diam, menatap jendela, sesekali cek layar hape sambil dengerin playlist lewat headset. Biarpun mulut ini terkatub, tapi pikiran terus banjir percakapan dengan berbagai topik.

Aku mikirin gimana kalau skripsiku nanti molor, alibi apa yang harus aku siapin ke semua orang. Aku bayangin tentang karir, besok mau kemana? Mau kerja dimana? Apakah pekerjaanku benar-benar sesuai passion? Bisakah aku belikan mama dan dua adikku apapun yang mereka minta?

Akhir-akhir ini, aku selalu membandingkan keberhasilan orang lain dengan keadaanku yang mengenaskan ini. Melihat mereka yang  berhasil di usia muda, bikin aku semakin jengkel. Mereka bisa kenapa aku masih gini-gini aja?
At that time, I feel so useless dan miskin di segala bidang. Pengen belajar ini itu tapi udah telat untuk memulai dengan sesuatu yang basic. Jadi, aku ambil waktu tiga hari untuk pulang ke rumah, temu kangen ketemu keluarga, dan bener-bener manfaatin waktu itu untuk berpikir jernih.

Pas lihat pemandangan dari jendela kereta, disitu cuma rerumputan sawah yang hijau. Suara tetesan hujan perlahan menghantam permukaan jendela. Disitu muncul bayangan mama sambil melahap nasi serta lauk kangkung favoritnya. Di saat itu juga satu kalimat darinya terlintas seketika.
"Lid, jangan pernah bandingkan dirimu sama orang lain ya. Jangan pernah lihat ke atas, coba lihatlah ke bawah. Kamu beruntung loh sekarang masih bisa makan, kamu beruntung mama bisa kasih uang jajan 5 ribu tiap hari. Inget, kamu jauh beruntung dari apapun di dunia ini."

Kenapa aku bisa ingat jelas, karena kalimat "jangan lihat ke atas terus, tapi coba lihat ke bawah. Lalu bersyukurlah" itu terus diulang-ulang oleh beliau. Aku mencerna kalimat itu baik-baik. Well, mungkin aku gak sebadai akun dengan follower 5K, tapi tepatnya aku fokus atas apa yang sudah dipelajari.

Aku udah pernah kelola organisasi dan excited ngadain event, paling tidak minimal 2% aku membuat hidup orang jauh lebih baik lewat proses yang sudah dilalui. Modal niat dan Bismillah ke Jakarta buat internship, hidup sendirian disana dengan budget 25 ribu per hari apapun yang terjadi. 
Then, aku merasa jadi malaikat ketika bisa belikan adikku Play Station 2 pakai uang sendiri. Yah maafin belum mampu beli PS 3, yang versi slim 2 dulu ya dek hehe.
Lalu berkesempatan membelikan oleh-oleh dari Malang tiap aku pulang ke rumah, pakai uang sendiri. Yang pasti, apapun uang sakuku paling tidak 30% aku sisihkan untuk dua adikku, Farel dan Nova di rumah. Malu tau umur segini masih belum berkontribusi apa-apa buat keluarga. Ya 'kan?
Aku menunda beli sandal platform buat belikan Farel mainan mobil remot. Aku menunda beli Concealer dan lipstick matte buat belikan Nova mukena. Last, bisa angkat galon sendiri naik tangga ke lantai dua. Eakakakak. Udah setrong belum?

Btw, itulah pencapaianku. Dimana aku ngerasa bahagia tanpa repot-repot berpikir kalau itu sebuah pengorbanan.

Jadi, aku gak ambil pusing lagi sama mereka yang jauh dan jauh lebih kece dibandingin aku. Aku gak mau memaksakan diriku menjadi lebih, sampai lupa untuk menjadi diri sendiri. Aku gak mau 100% amunisiku dipakai untuk mencapai karirku, to please society.

Lagipula aku masih 21 tahun. Mulai sekarang aku gak bakal mengabaikan ajakan makan bareng dari temen, because I won't lost them. Aku sayang sama semua orang di dekatku. Aku gak mau lupa nelfon mereka, nanyain apakah kabar mereka baik-baik saja, karena aku tahu perpisahan itu gak muncul notifikasinya di Facebook.

Jika kamu merasa dirimu belum cukup baik dan sedih atas pencapaianmu sekarang, coba ingat kebahagiaan apa saja yang sudah kamu kasih ke orang lain. Dan ulang lagi kebahagiaan itu besok atau besoknya lagi.

Bagaimana? Apakah kalian sudah jauh lebih berarti daripada kisah cinta Abhi dan Pragya dalam serial india Lonceng Cinta di ANTV?

You Might Also Like

1 comments

  1. makasih ya , nasihatnya mbak. lagi kehilangan semangat untuk membahagiakan orang yang disayang ni :). cocok bacaan mbak

    ReplyDelete

Subscribe