Me and My Hijab (Part I)

August 16, 2014

 
Nah, setelah sekian lama ingin membagi opini tentang topik diatas, akhirnya sekarang baru dikasih kesempatan untuk bercerita. Udah sering 'kan, lihat perempuan bongkar pasang mahkota di rambutnya. Pakai kerudung-copot-pakai kerudung lagi. Mereka labil dan tidak konsisten. Dan itu kalau bisa jangan ditiru. Jangan, di ti ru. Okay?


Mayoritas penduduk di Indonesia adalah umat muslim. Sebelum Dian Pelangi dan Mechanism serta Zoya dan teman-teman yang lain populer, dari dulu wanita diwajibkan untuk menutup aurotnya. Tapi di masa sekarang, karena selain teknologi namun juga fashion ikut berkembang, maka tidak sedikit wanita muslim di Indonesia berbondong-bondong mengubah penampilan mereka yang disebut dengan berhijab.
Berhijab itu mudah, kamu hanya perlu menutupi rambutmu dengan selendang apapun bentuknya. Yang sulit itu, bagaimana kamu mempertahankan komitmen untuk tetap "sekali ditutup, selamanya ditutup". Mungkin, bagi wanita lain itu mudah, namun bagi saya sendiri...It is not quietly pretty simple guys.

Pertama kali saya berkerudung di SMP, karena diwajibkan. Lalu di SMA, saya lepas kerudung selama satu semester lalu kembali lagi mengenakan kerudung. Kenapa? Karena pada saat itu kerudung sedang tren, istilahnya seperti ini: dengan pedenya saya melepas hijab, sedangkan teman-teman lain berbondong-bondong menutup mahkota mereka. Mungkin itu salah satu faktor saya kembali mengenakan kerudung, karena malu. Malu pada diri sendiri, pada teman, dan pada Allah Swt.
Waktu itu saya masih labil (bahkan sampai sekarang), pakai kerudung hanya saat sekolah saja. Kemudian saya menyesuaikan, ketika pergi bersama teman-teman saya mengenakan kerudung, sedangkan ketika latihan dance saya tidak memakainya. Kepastian untuk memakai kerudung itu semakin sulit ketika hobi saya adalah menari, dan sangat aneh wanita berkerudung melakukan split, krumping, b-girl atau semacamnya.

Untuk berhijab, saya rasa yang dibutuhkan bukan hanya motif bunga atau model kerudung yang sedang populer saja. Saya rasa ada karakter, ada karakter yang harus dipancarkan seorang wanita berkerudung. Orang pasti akan berpikiran buruk jika seorang perempuan berkerudung tapi tidak bersikap "sebagaimana mestinya". Contohnya? Anda sudah tahu itu.

Pada kenyataannya, saya benar-benar payah mempertahankan keyakinan dan komitmen saya untuk berkerudung. Saya tahu  hukuman apa yang akan saya dapatkan jika saya tidak menutup aurot berdasarkan Islam sebagai agama saya. Tapi, saya merasa lebih nyaman untuk menyatakan diri saya yang sebenarnya tanpa perlu menutupi mahkota saya.

You Might Also Like

0 comments

Subscribe