BANYAK YANG NGATAIN MAKIN GENDUT

June 14, 2014


 

Pekan sunyi sebelum ujian saya habiskan untuk pulang ke rumah dan spent my quality time with my beloved family. Setiap pulang juga gak pernah absen untuk berkunjung ke rumah nenek. Hampir setahun lah sejak kuliah di Malang jadi jarang ketemu nenek. 
Sedih itu bukan hanya uang saku menipis atau chat yang cuma di read, tapi sedih juga ketika keluargamu mengatakan kamu semakin gendut.

Mereka menilai hal yang sama. Berikut komentar-komentar yang mereka lontarkan di depan mukaku;
1. "Kamu lagi ngemut permen atau tomat, Lid? Kok pipimu melembung?"
2. "Sehat sekali kamu, Lid. Makan apa aja disana? Bakpo ya?"
3. "Lid, coba lihat wajahmu--kok beda ya--makin lebar. Kurangi makan ya habis magrib jangan nyamil."
4. "Sebenernya kamu gak gendut, Lid. Cuma, ya, kamu agak kelihatan gendut sama pipimu itu."
5. "Lid, kamu putus? Makanya, diet biar gak gendut. Cowok sekarang nyari yang kurus-kurus, bodi kayak kamu jarang laku."

Sungguh, sungguh terlalu. Kata-kata mereka bagaikan racun gurita cincin biru di Australia.
Padahal pas ngaca di depan cermin, biasa-biasa aja tuh. Tetep mempesona seperti dahulu kala. Tapi mendengar komentar mereka, kayaknya emang dirasa-rasa badan dan pipi ini mulai nampak melebar ke samping.

Mau diet, tapi males. Pengen kurus, tapi males. Pengen stop ngemil, tapi gak bisa. Pengen punya pacar cakep, ya itu impian daridulu. Tapi probibilitas cowok cakep mau menerima cewek kuda nil itu, mmm, satu banding 2000 mungkin.



Meskipun banyak yang komentar atas penambahan volume di pipi, tetep belum termotivasi untuk jadi vegetarian atau mengurangi kebiasaan ngemil di tengah malem. Kurang greget komentarnya, kurang nyelkit gitu. Jadi, ya, woles aja. Pipi bakpao atau apapun panggilannya, I'm still alive and it can't hurt me anyway. I'm single and gendut, it's okay I'm happy kok.

You Might Also Like

1 comments

  1. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete

Subscribe