Memang Harus Begitu Dulu

September 28, 2013

Orang tidak akan bisa menyetir lancar sebelum nabrak tembok atau nyium selokan. Orang tidak akan bisa memasak lezat sebelum gosongin masakan atau kecipratan minyak. Orang tidak akan sukses sebelum gagal berkali-kali. Dan masih banyak lagi.


Hari ini, tepatnya sepulang ospek fakultas "student day", ngajak temen jalan-jalan ke toko buku dan pengen tau pasar besar di Malang. Bukannya apa, tapi tujuan ngajak dia soalnya aku gak tau seluk-beluk Kota Malang dan gak tau arah toko-toko yang mau dituju. Ya untungnya aja punya temen asli Malang, serasa jadi dora yang punya peta. Bedanya peta yang ini gak perlu nyangi "Aku peta aku peta" aja sih.
Habis beli buku, lanjut petualangan ke pasar besar. Sampai di pasar besar, disana kaki dibikin gempor buat keliling pasar dan sumpah gak penting banget; disana cuma nanyain satu-persatu harga barang yang menarik (baju, sepatu, kain, dan tukang jahit). Kemudian kelaparan kemudian makan kemudian cuci tangan dulu sebelum makan.

Jalanan di Malang itu mudah dihafalin dan dipahami, itu kata orang. Dan persepsi orang itu beda-beda. Sialnya, aku sendiri yang beda persepsi. Mengahafal jalanan Kota Malang itu lebih sulit dari mengingat tanggal jadian, tanggal balikan, dan tanggal putus dari mantan. Cuer deh! :v

Oke, benang merahnya disini *jengjeng*
Habis ngajak jalan anak orang, udah seharusnya 'kan dikembalikan ke orang tuanya. Kebetulan rumahnya ada di Griya Santha, kebetulan juga perumahan itu luas, berliku, dan berblok-blok.
Awal masuk lewatin pos satpam dan ngambil kartu masuk, habis itu lanjut terus sedikit, belok kanan, pertigaan kanan lagi, sampai bunderan belok kiri, lanjut putar balik terus belok kiri, ada bunderan air mancur belok kiri, lurus, putar balik ke kanan, ada pertigaan ke kanan teruuuus, dan tiga rumah setelah bunderan kedua sebelum perempatan lagi, akhirnya...belum sampai juga mana rumahnya -___-

Kalimat yang keluar setelah sampai di depan rumahnya, "Cha, arah jalan pulang kemana ya?"
Dan dia jawab, ")(*$%^@#*(*@#$(*)(*@#$%^)(*"
"Oooh...terus terus?"
"*#$%^()*#$%^. &*(#$%^, %^&(*&, $%^&*@(*, @#$(*%. Ngerti?"
"Iya, iya, ngerti. Nanti pokoknya *&#$%, &^@#$%, #$&^, gitu kan ya?"
"Sip. Kalo ada apa-apa telfon aku aja, oke?"
"Okey."
"Hati-hati dijalan!"

And you know what? Namanya juga perumahan, rumahnya mirip-mirip, jalan bloknya juga mirip, satpamnya juga mirip-mirip -..-
Musibahnya, sore hari tepat pukul 16.32 dengan ini saya menyatakan diri; aku tersesat dan tak tau arah jalan pulang, oh aku tanpamu... butiran debu~

Masih di kompleks perumahan, udah muterin bunderan air mancur 3x dan bertemu dengan satpam yang sama. Setelah muter-muter gak tau arah dan tujuan kayak kentutnya satpam, akhirnya saya beranikan diri untuk bertanya pada satpam.
"Ada yang bisa dibantu, Non?"
"Arah jalan pulang mana, Pak?"
"Belum pernah kesini ya?"
"Iya, tadi nganterin temen aja di daerah sini."
"Pokoknya bunderan air mancur itu belok kanan, terus aja dan ikuti panah keluar."
"Makasih pak!"
"Okesiip!"

Alhamdulillah, lolos dari labirin Griya Santha. Pulang dengan selamat pula. Dan sejak insiden hari ini, saya tau beberapa jalanan yang sebelumnya gak hafal-hafal. Yaa, setidaknya tau jalan kalo mau keluyuran, gak menjamur di kosan terus. Hihi...
Intinya, orang gak bakal tau dan menghafal jalan sebelum nyasar dulu. Sama seperti cinta (eea cinta lagi), gak akan terasa sebelum kehilangan. Jadi yaa...



Gitu.
Apapun penampilannya, fotonya tetap pakai Camera360 :D

You Might Also Like

0 comments

Subscribe