Lily in Wonderland | Chapter II : Sebuah Pilihan Sebuah Jalan

July 05, 2013

 

Lily memandang lama hutan gelap itu. Dia tidak yakin bisa melewatinya hanya dengan lentera yang ditinggalkan Nobit untuknya. Suara burung hantu yang dikenalnya sampai suara-suara menyeramkan yang belum pernah ia dengar membuat bulu kuduknya merinding.
Tapi keinginann untuk kembali ke kamarnya mengubur dalam-dalam rasa takut yang menggelutinya. Kakinya yang gemetaran ia langkahkan masuk ke hutan yang gelap. Suara krak yang berasal dari ranting yang diinjaknya, adalah lagu pengiringnya menyusuri pohon-pohon yang tidak bisa dilihat mana puncaknya. Langkahnya terhenti melihat dua jalur yang berlawanan arah. Dia mengangkat lenteranya untuk membaca papan jalan yang ada didepannya.


This is Lily
Ada dua jalan, jalan masa lalu dan jalan masa depan. Dia mengarahkan lentera ke jalan masa lalu, bunga-bunga penuh warna bermekaran dan suara merdu memanggilnya lembut. Ia bisa melihat keindahan di jalan masa lalu sampai membuat bibirnya tersungging.
Lalu dia mengarahkan lentera ke jalan masa depan. Dia tidak bisa melihat apa-apa, kosong. Dan dia juga tidak bisa menebak apa yang ada disana.

Where I should go?

Jelas dari pancaran wajahnya, Lily akan memilih jalan masa lalu. Dengan senang hati dia melangkah maju, tapi jika dia lengah satu detik saja maka tubuhnya akan terjun dari tebing yang curam. Dia baru sadar. Tidak ada jalan ke jalan masa lalu, kecuali jika ia ingin mati sia-sia di dasar tebing. Lily mundur beberapa langkah dan memutarkan badannya menuju ke arah jalan masa depan. Menyusuri jalan yang penuh misteri, baginya.
Tiba-tiba cahaya kunang-kunang dalam lentera yang ia bawa meredup dan mati. Hal ini membuatnya bingung dan hampir putus asa. Disana sangat gelap dan tidak ada penerangan sama sekali. Tidak ada jalan kembali, yang ada hanya kegelapan. Apa dia salah memilih jalan masa depan? Kenapa sangat gelap? Cukup sampai disini saja perjalannya? Hanya jalan buntu dan gelap seperti ini?

Waw...the lights.


Saat Lily mengusap air matanya, satu cahaya kunang-kunang mendekatinya. Lalu diikuti oleh ribuah cahaya lainnya yang entah datang darimana. Dia terkesima melihat cahaya yang bertaburan disekelilingnya. Dia sadar. Bahwa semua usaha akan sia-sia jika diakhiri dengan putus asa. Dan hasil dari buah perjuangan tidak akan ada artinya tanpa adanya suatu penantian untuk suatu kepastian yang akan datang. Kesabaran lah yang membuatnya sadar atas apa yang ia alami barusan.


Ribuan kunang-kunang itu menunjukkan pesonanya. Dan seperti yang dikatakan Nobit, "ketika nalurimu suci, jalan setapak yang ada didepan matamu terlihat bercahaya dan hangat. Jalan terang akan menuntunmu". Jalan yang ada didepannya terang dan hangat. Penuh warna, lebih mempesona daripada warna yang ada di jalan masa lalu. Sama sekali tidak ada penyesalan ia memilih jalan masa depan. Memang awalnya penuh misteri dan kosong. Tapi lihatlah semua ini. Ketika semuanya terasa gelap, pasti ada satu cahaya yang diikuti cahaya lain yang akan membantumu bangkit dari keasaanmu yang mulai runtuh.
Lily mengadahkan tangannya ke udara dan kunang-kunang hinggap di telapak tangannya. Senyumnya merekah melihat jalan dari cahaya spektrum yang entah bagaimana proses bisa terjadinya. Itulah jalan yang harus ia lewati. Ia tidak peduli seberapa berat takdirnya. Ia berjanji, ia akan menjalaninya. Karena semua pasti ada hasilnya, ada maknanya, dan ada anugrah yang ia dapatkan. Kini dia berjalan mengikuti naluri dan instringnya, yang justru memberinya jalan terang dan hangat. Lily penasaran akan bertemu dengan apa dan siapa lagi di ujung jalan sana.



To be continued...

You Might Also Like

0 comments

Subscribe